IBD Peran Agama dalam membangun Budaya Lokal 2
PERAN
AGAMA DALAM MEMBANGUN BUDAYA LOKAL
I.
PENDAHULUAN
Agama dan kebudayaan adalah dua
hal yang sangat dekat di masyarakat. Bahkan banyak yang salah mengartikan bahwa
agama dan kebuadayaan adalah satu kesatuan yang utuh. Dalam kaidah sebenarnya
agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat
disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada
kebudayaan. Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan
masyarakat.
Dapatlah disimpulkan bahwa budaya
yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang
diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh
konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi
yang objektif.
Demi terjaganya esistensi dan
kesucian nilai – nilai agama sekaligus memberi pengertian, disini penulis
hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu Budaya, yang tersusun
berbentuk makalah dengan judul “Agama dan Budaya”. Penulis berharap apa yang
diulas, nanti dapat menjadi paduan pembaca dalam mengaplikasikan serta dapat
membandingkan antara Agama dan Budaya.
Lalu, apakah sesungguhnya yang
dimaksud dengan agama, dan apa pula yang dimaksud dengan kebudayaan,
bagaimanakah hubungan antara agama dan kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu,
tujuan di bentuknya makalah ini tiada lain adalah untuk menjawab setiap
pertanyaan diatas, yaitu mengetahui apa yang dimaksud dengan agama dan
kebudayaan dan mencari tau hubungan dari kedua aspek tersebut.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta
dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua
kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama
dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang
agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau.
Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara
integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan
realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu
disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai
kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.
Pengertian
itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris) yang
berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada
kata religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat
peraturan tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan realitas
tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannya secara horizontal
(Sumardi, 1985:71) Agama itu timbul sebagai jawaban manusia atas penampakan
realitas tertinggi secara misterius yang menakutkan tapi sekaligus
mempesonakan Dalam pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia harus atau terdesak secara batiniah untuk merespons.Dalam kaitan ini ada juga yang
mengartikan religare dalam arti melihat kembali kebelakang kepada
hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan tuhan yang harus diresponnya untuk
menjadi pedoman dalam hidupnya.
B. Pengertian Budaya
Budaya
menurut Koentjaraningrat (1987:180) adalah keseluruhan sistem, gagasan,
tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Jadi budaya diperoleh melalui belajar.
Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian,
berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat adalah
budaya.Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis, tapi dalam
gagasan yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan
masyarakat, ethos kerja dan pandangan hidup.
C. Peran Agama dalam membangun Budaya
Lokal
Yojachem
Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yangimmaterial bahwa mitologis hubungan
kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan
keagamaan berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan
membayangkan Tuhan (Wach, 1998:187). Lebih tegas dikatakan Geertz (1992:13),
bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam benak manusia yang
membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau kelompok
individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja
menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara,
ukiran, bangunan.
Dapatlah
disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi
manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu
agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis,
budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
Faktor
kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang berbeda-beda
walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama.Oleh karena itu agama Kristen
yang tumbuh di Sumatera Utara di Tanah Batak dengan yang di Maluku tidak begitu
sama sebab masing-masing mempunyai cara-cara pengungkapannya yang berbeda-beda.
Ada juga nuansa yang membedakan Islam yang tumbuh dalam masyarakat dimana
pengaruh Hinduisme adalah kuat dengan yang tidak. Demikian juga ada perbedaan
antara Hinduisme di Bali dengan Hinduisme di India, Buddhisme di Thailand
dengan yang ada di Indonesia. Jadi budaya juga mempengaruhi agama. Budaya agama
tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan
kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya
(Andito,ed,1998:282).Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama
berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti
mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk
etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi
ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi
karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insan yang
berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan berbagai objek
realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi agama.
III.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ketika
agama dilihat dengan kacamata agama maka agama akan memerlukan kebudayaan.
Maksudnya agama (islam) telah mengatur segala masalah dari yang paling
kecil contohnya buang hajat hingga masalah yang ruwet yaitu pembagian harta
waris dll. Sehingga disini diperlukan sebuah kebudayaan agar agama (islam) akan
tercemin dengan kebiasaan masyarakat yang mencerminkan masyarakat yang
beragama, berkeinginan kuat untuk maju dan mempunyai keyakinan yang sakral yang
membedakan dengan masyarakat lainnya yang tidak menjadikan agama untuk
dibiasakan dalam setiap kegiatan sehari-hari atau diamalkan sehingga akan
menjadi akhlak yang baik dan menjadi kebudayaan masyarakat tersebut.
2. Referensi
·
www. http://maal-hudakedujaya.blogspot.com
(diunduh tanggal 20 Maret 2014)
Nama : Intan Agustin
Kelas : 1KA08
NPM : 14113425
Komentar
Posting Komentar