BAB III Teori Organisasi Umum 1
BAB III
1) Pengertian
Komunikasi
Komunikasi
adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi,dan masyarakat menciptakan,danmenggunakan informasi
agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain”. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
dengan bahasa nonverbal.
2) Unsur-unsur
Komunikasi
Terjadinya
komunikasi, di landasi oleh berbagai unsur yang harus terpenuhi. Unsur-unsur
dalam terjadinya komunikasi antara lain :
a. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
b. Komunikator
Dalam komunikasi, setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan, sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
Dalam komunikasi, setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan, sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
1. Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan.
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan.
2. Penguasaan
Masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilkan
sebagai komunikator haruslah betul-betul menguasai masalahnya.
3. Penguasaan Bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa
dengan baik, bahasa ini dapat dimengerti oleh komunikan. Komunikator mutlak
menguasai istilah-istilah umum yang digunakan oleh lingkungan tertentu atau
khusus. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan-pesan yang
ingin kita sampaikan kepada audience itu. Keefektifan komunikasi tidak hanya
ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi tetapi juga oleh kemampuan diri si
komunikator.
b) Etos
Komunikator
Keefektifan komunikasi ditentukan oleh
etos komunikator. Etos adalah nilai diri seorang yang merupakan panduan dari
kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan
dengan pikiran. Afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari
luar. Konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya dan
perjuangan.
Etos tidak hanya timbul pada seseorang dengan begitu saja, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang mendukungnya. Faktor-faktor itu adalah :
Etos tidak hanya timbul pada seseorang dengan begitu saja, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang mendukungnya. Faktor-faktor itu adalah :
·
Kesiapan
·
Kesungguhan
·
Kepercayaan
·
Ketulusan
·
Ketenangan
·
Kesederhanaan
·
Keramahan
c) Sikap
Komunikator
Sikap ( attitude ) adalah suatu kesiapan
kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seorang untuk melakukan kegiatan menuju
atau menjauhi nilai-nilai sosial. Dalam hubungan dalam kegiatan komunikasi yang
melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya pada diri komunikator terdapat
limajenissikapyaitu:
1. ReseptifSikap
kesediaan untuk menerima gagasan dari orang lain.
2. Selektif
Faktor selektif sangat penting bagi komunikator dalam peranannya sebagai komunikan sebagai persiapan untuk menjadi komunikator yang baik. Jadi untuk menjadi komunikator yang baik ia harus menjadi komunikan yang terampil.
Faktor selektif sangat penting bagi komunikator dalam peranannya sebagai komunikan sebagai persiapan untuk menjadi komunikator yang baik. Jadi untuk menjadi komunikator yang baik ia harus menjadi komunikan yang terampil.
3. Dijestif(
Digestive )
Digestive adalah kemampuan komunikator
dalam merencanakan gagasan atau informasi dari orang lain sebagai bahan bagi
pesan yang akan dia sampaikan
4. Asimilatif
Asimilatif berarti kemampuan komunikator dalam mengorelasikan gagasan atau informasi yang ia terima dari orang lain secara sistematis dengan apa yang ada dalam benaknya yang merupakan hasil pendidikan dan pengalamannya.
Asimilatif berarti kemampuan komunikator dalam mengorelasikan gagasan atau informasi yang ia terima dari orang lain secara sistematis dengan apa yang ada dalam benaknya yang merupakan hasil pendidikan dan pengalamannya.
5. Transmisif
Transmisif merupakan kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan secara kognitif, afektif dan konatif kepada orang lain.
Transmisif merupakan kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan secara kognitif, afektif dan konatif kepada orang lain.
b. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti dari pesan yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku konsumen.
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti dari pesan yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku konsumen.
·
Penyampaian Pesan Melalui Lisan, face to
face, melalui media dsb.
·
Bentuk Pesan
o
Informatif
o
Persuasif
o
Koersif
Pesan yang disampaikan harus tepat, pesan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Pesan yang disampaikan harus tepat, pesan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
§ Umum
Bersihkan hal-hal umum dipahami oleh audience atau komunikasi, bukan soal-soal yang Cuma berarti atau dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu.
Bersihkan hal-hal umum dipahami oleh audience atau komunikasi, bukan soal-soal yang Cuma berarti atau dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu.
§ Jelas
dan Gamblang. Pesan haruslah jelas dan gamblang, tidak samar-samar. Bahasa yang jelas. Hindarilah menggunakan
istilah-istilah yang tidak dipahami oleh audience.
§ Positif
Usahakan pesan agar diutarakan dalam bentuk positif, agar mendapatkan simpati dan menarik.
Usahakan pesan agar diutarakan dalam bentuk positif, agar mendapatkan simpati dan menarik.
§ Seimbang
Pesan yang disampaikan usahakan tidak ekstrim dan selalu menentang walaupun baik ataupun buruk sekalipun agar tidak ditolak atau diterima oleh komunikan.
Pesan yang disampaikan usahakan tidak ekstrim dan selalu menentang walaupun baik ataupun buruk sekalipun agar tidak ditolak atau diterima oleh komunikan.
§ Penyesuaian
dengan keinginan komunikasi
Orang yang menjadi komunikan dari komunikasi yang kita sampaikan selalu mempunyai kepentingan tertentu. Komunikator dapat menyesuaikan dengan keadaan waktu dan tempat.
Orang yang menjadi komunikan dari komunikasi yang kita sampaikan selalu mempunyai kepentingan tertentu. Komunikator dapat menyesuaikan dengan keadaan waktu dan tempat.
c. Channel
atau Saluran
Chanel adalah saluran penyampaian pesan, dapat
disebut juga dengan media. Media dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu
media umum dan media massa. Media umum digunakan oleh segala bentuk komunikasi.
Media Massa digunakan untuk komunikasi massa.
d. Komunikasi
Komunikasi dapat digolonhkan menjadi 3 jenis yaitu personal, kelompok dan massa.
Dari sasarannya dapat di arahkan kedalam komunikasi personal, kelompok dan komunikasi massa.
Komunikasi dapat digolonhkan menjadi 3 jenis yaitu personal, kelompok dan massa.
Dari sasarannya dapat di arahkan kedalam komunikasi personal, kelompok dan komunikasi massa.
e. Komunikasi
tidak dapat berdiri sendiri diluar konteks
Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri
di luar konteks. Apabila dikaitkan dengan persuasi, kita dapat menyatakan bahwa
faktor-faktor konteks dan bukan pesan seringkali menjadi determinan bagi adanya
tanggapan.Konteks tidak hanya mungkin mengubah proses komunikasi tapi juga
bercerita mengenai banyak hal tentang perilaku yang diamati.
f. Efek
Efek merupakan hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidaknya dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku sesuai maka komunikasi itu berhasil. Efek ini dapat dilihat dari personal opinion, publik opinion dan majority opinion.
Efek merupakan hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidaknya dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku sesuai maka komunikasi itu berhasil. Efek ini dapat dilihat dari personal opinion, publik opinion dan majority opinion.
g. Faktor
yang Diperhatikan dalam Proses Komunikasi
Komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan empat tahap yaitu pengumpulan fakta, perencanaan, komunikasi dan evaluasi.
Komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan empat tahap yaitu pengumpulan fakta, perencanaan, komunikasi dan evaluasi.
-
Pengumpulan Fakta
Mengumpulkan data dan fakta sebelum
seseorang melakukan kegiatan komunikasi.
-
Perencanaan
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dibicarakan dan bagaimana mengemukakannya.
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dibicarakan dan bagaimana mengemukakannya.
-
Komunikasi
Setelah perencanaan disusun maka tahap
selanjutnya adalah berkomunikasi .
-
Evaluasi
Penilaian dan analisa diperlukan untuk melihat bagaimana hasil dari komunikasi tersebut.
Penilaian dan analisa diperlukan untuk melihat bagaimana hasil dari komunikasi tersebut.
3) Bagaimana menyalurkan ide melalui konunikasi.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi
harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver).
Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada
penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan
yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta
visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus
melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
·
Ide (gagasan) => Si Sender
·
Perumusan
Dalam perumusan, disini
ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
·
Penyaluran (Transmitting)
Penyaluran ini adalah
bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
·
Tindakan
Dalam tindakan ini
sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
·
Pengertian
Dalam pengertian ini
disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
·
Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si
penerima berita (penangkap berita).
Dalam
membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka
membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah
dan tujuan organisasi.
Agar
tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting
dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga
koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu
keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap
hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan suatu
keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan ke
tujuan-tujuan individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan
dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan
atau lingkungan organisasi.
4) Hambatan-hambatan
komunikasi.
Dalam
kenyataannya, terjadinya komunikasi antar 2 arah pasti terjadi beberapa
hambatan yang memungkinkan komunikasi mengalami keterlambatan dalam proses
penyaluran dan penerimaan informasi. Beberapa hambatan tersebut antara lain :
a.
Hambatan yang bersifat objektif
Yaitu
hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat oleh pihak lain
tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Misalnya karena
cuaca, kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu yang tidak tepat,
penggunaan media yang keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau tidak “in
tune” dari frame of reference dan field of reference antara komunikator dengan
komunikan.
b.
Hambatan yang bersifat subjektif
Adapun
yang dimaksud dengan hambatan secara subjektif adalah yaitu hambatan yang sengaja
di buat orang lain sebagai upaya penentangan, misalnya pertentangan
kepentingan, prasangka, tamak, iri hati, apatisme, dan mencemoohkan komunikasi.
Jika
diklasifikasikan, komunikasi dapat terhambata oleh beberapa hal di bawah ini :
·
Gangguan (Noises),
·
Kepentingan (Interest)
·
Motivasi Motif
·
Prasangka (Prejudice)
·
Evasi Komunikasi
5) Klasifikasi
Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi
tidak hanya terjadi antar 2 atau lebih manusia yang tidak berkelompok namun
pada kenyataannya, komunikasi juga terjadi di dalam organisasi. Karna jika
tidak ada komunikasi dalam organisasi, maka tujuan di bentuknya organisasi
tersebut pastilah tidak dapat tercapai baik dari sisi efektivitas maupun
efisiensi. Di dalam organisasi komunikasi
diklasifikasikan menjadi 2 segi. Yaitu dari segi sifat dan dari segi
arah. Berikut penjelasannya :
·
Dari Segi Sifat
a. Komunikasi
Lisan
Komunikasi
lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau
peralatan yang membatasi mereka. Lisan ini terjadi pada saat dua orang atau
lebih saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
Komunikasi lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan
perantara alat seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena
adanya jarak dengan si pembicara dengan lawan bicara.
b. Komunukasi
Tertulis
Komunikasi
tertulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa
adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat,
jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa
surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya. Komunikasi tertulis
juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat
umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah,
buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun
tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
c. Komunikasi
Verbal
Komunikasi
verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal
bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan
yang ada untuk setiap bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
d. Komunikasi
Non Verbal
Komunikasi
non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan
kata-kata.
·
Dari Segi Arah
a. Komunikasi
keatas
Porsi ini sebenarnya
dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi
ke bawah, komunikasike atas mengalir
dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan
kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
b. Komunikasi
kebawah
Mengalir dari orang pada hierarki yang
lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk instruksi,
memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan sebagainya.
c. Komunikasi
diagonal
Merupakan jalur komunikasi yang paling
jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggiotatidak
dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.
d. Komunikasi
horizontal
Merupakan pertimbangan utama dalam
desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga
komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi
dariberaneka ragam fungsi keorganisasian.
Misalnya, komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis,
dsb.
e. Komunikasi satu arah
Dalam komunikasi satu arah dapatdi
contohkan seperti Pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik). Artinya
masyarakat atau individu hanya menerima info saja, tanpa membalasnya.
f. Komunikasi
Dua Arah
Berbicara dengan adanya timbal balik/
saling berkomunikasi, misalnya dengan diskusi (bertukar pikiran), dll.
6) Faktor
– faktor perubahan Organisasi.
Faktor
penyebab terjadinya perubahan dalam organisasi antara lain :
a. Faktor
Ekstern ( Faktor Diluar Organisasi )
Faktor ekstern adalah
faktor yang terjadi di luar sebuah organisasi tersebut,contohnya itu seperti :
faktor Teknologi dan Pemerintahan yang mendukung suatu organisasi tersebut itu
dapat berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.Selain itu ada
lagi faktor ekstern seperti : Selera pasar yang semakin hari semakin cepat
berubah tergantung dari selera konsumen,jadi perubahan tersebut sangat cepat
terjadi.
b. Faktor
Intern ( Faktor Didalam Organisasi )
Faktor Intern adalah faktor yang
terjadi di dalam sebuah organisasi tersebut,contohnya itu seperti : faktor
anggaran dalam organisasi itu,jadi yang menyebabkan perubahan dalam organisasi
tersebut karena faktor anggaran adalah sistem atau kinerja dalam organisasi
tersebut,misalnya anggaran yang lama tidak memiliki suatu peningkatan atau
hanya disitu – situ saja,tetapi setelah adanya perubahan sistem anggaran yang
baru dalam organisasi tersebut,anggaran organisasi tersebut menjadi meningkat
dan manajemen keungannya juga bagus,itulah salah satu contoh perubahan intern
dalam organisasi.
Faktor
– faktor diatas adalah faktor – faktor yang menyebabkan organisasi tersebut
mengalami perubahan baik di luar organisasi maupun di dalam organisasi.
Perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi, tidak terjadi dengan tanpa suatu
proses.. Misalnya perubahan struktur kepemimpinan, pasti didahului oleh sebuah
proses terlebih dahulu. Dalam suatu proses itu ada beberapa langkah untuk
memenuhi tujuan organisasi tersebut yaitu :
·
Mengadakan Pengkajian
·
Mengadakan Identifikasi
·
Menetapkan Perubahan
·
Menentukan Strategi
·
Melakukan Evaluasi
7) Ciri-ciri
pengembangan Organisasi
Dalam
suatu organisasi, sesuai dengan berjalannya waktu harus ada perkembangan.
Karena suatu organisasi dikatakan berhasil apabila setiap tujuan yang telah di
rancangkan dapat terwujud, dan organisasi tersebut mengalai suatu perkembangan.
Adapun ciri-ciri atau karakteristik suatu organisasi yang sedang mengalami perkembangan,
adalah sebagai berikut :
Pengembangan
organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-
Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang
memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat dan akurat tentang
permasalahan yang dihadapi oleh suatu organisasi.
-
Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan
yang akan terjadi terhadap suatu organisasi.
-
Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh
organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
-
Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian
terpenting.
-
Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya
interaksi, interaksi dan interdependensi antara organisasi sau dengan
organisasi yang lainnya.
-
Berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
-
Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
8) Metode
pengembangan organisasi
Adapun
metode yang melandasi terjadinya perkembangan dalam suatu organisasi antara
lain :
1. Metode
Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau
Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki
secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat
dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode
pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini
hanya disebutkan 4 macam yaitu, jaringan manajerial, latihan kepekaan,
pembentukan tim, dan umpan balik survai.
a. Jaringan
manajerial : Jaringan manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan
jaringan adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan
material. Teori ini dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut
mereka, gaya kepemimpinan akan menjadi sangat efektif apabila perhatian
pimpinan terhadap produksi dan orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian
pimpinan menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
b. Latihan Kepekaan :
merupakan latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula
metode T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan
terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain. Metode
ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi disebabkan
oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapi
tujuan.
c. Pembentukan Tim :
Merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan
perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim.
Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan
secara efektif dengan membentuk tim
d. Umpan Balik Survai :
adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota
organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku,
sikap, seta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota
organisasi.
2. Metode
Pengembangan Keterampilan dan Sikap.Metode ini merupakan suatu program latihan
yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu
yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan,
pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota
organisasi. Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
ialah latihan di tempat kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat
pekerjaan, dan latihan di tempat kerja tiruan.
a. Latihan di tempat kerja :
Latihan kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota
organisasi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien.
Keuntungan yang diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat
ekonomis karena para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan
menjalankan latihan, selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan
berkurang atau hilang, hal ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan
yang diadakan diluar tempat kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan
mengakibatkan sebagian prestasi hilang apabila peserta latihan kembali ke
tempat kerjanya masing-masing.
b. Latihan instruksi kerja :
Terdiri dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses
pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula
diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi
dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Methode
Training (Latihan yang berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation
Training (Latihan yang berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya
setiap hari)
c. Latihan di luar tempat kerja :
merupakan latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu keuntungan
dari latihan ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan untuk lebih
memahami materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan
pekerjaan selama mereka mengikuti latihan.
d. Latihan di tempat kerja tiruan :
adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya
diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko
cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai
tentang teknik-teknik kerja yang baik.
9) Tipe-tipe
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
Beberapa
tipe kepemimpinan yang ada di dalam suatu organisasi antara lain :
Tipe Demokratis
§ Dalam proses penggerakkan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
§ Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan
dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para
bawahannya
§ Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik
dari bawahannya
§ Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya
lebih sukses dari padanya.
§ Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan
kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
§ Berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin
§ Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam
menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan
keputusan.
Tipe pemimpin Otokratis
§ Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
§ Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi
§ Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
§ Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
§ Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
§ Dalam tindakan penggerakannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat
menghukum)
Tipe Kharismatis
§ Hingga kini para pakar belum berhasil
menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang
diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat
besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat
besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi
pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
Tipe Militeristis
§ Sering mempergunakan sistem perintah dalam
menggerakkan bawahannya
§ Senang bergantung pada pangkat dan jabatan
dalam menggerakkan bawahannya
§ Senang kepada formalitas yang berlebih-
lebihanMenuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
§ Sukar menerima kritikkan dari bawahan
§ Menggemari upacara- upacara untuk berbagai
acara dan keadaan.
Tipe Paternalistis
§ Menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa
§ Bersikap terlalu melindungi
§ Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengambil keputusan dan inisiatif
§ Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya
§ Sering bersikap maha tahu
10) Teori-Teori
Kepemimpinan
1. Teori
Sifat
Teori ini bertolak dari
dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki
pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
·
pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan
·
sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa
kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integrative
·
kemampuan untuk bertumbuh dan
berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang
penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Kelemahan
dalam teori ini antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada
relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan)
dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai
rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
·
Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi,
mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan
bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
·
Berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan
ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada
sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya
ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua
dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan
kerja.
Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi
dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
3. Teori
Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
·
Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
·
Bentuk dan sifat teknologi yang
digunakan;
·
Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
·
Norma yang dianut kelompok;
·
Rentang kendali;
·
Ancaman dari luar organisasi;
·
Tingkat stress;
·
Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi
yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu.
11) REFERENSI
Komentar
Posting Komentar