UNSUR CERITA FIKSI


I.             Pengantar
Dalam pembelajaran sastra tidak terkecuali sastra Inggris, selain memahami isi cerita diperlukan juga upaya untuk memahami unsur-unsur dalam cerita yang menjadi komponen penting yang membangun sebuah cerita. Dengan demikian, selain menguasai isi cerita siswa juga dapat mengetahui unsur-unsur cerita yang dibacanya.
Pembahasan isi cerita dapat dilakukan dengan mendiskusikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, tindakan-tindakan yang dilakukan tokoh-tokohnya, ataupun tentang gambaran situasi sosial yang tercermin dalam cerita.
Adapun pembahasan unsur-unsur cerita, fiksi misalnya, adalah mendiskusikan elemen yang membangun sebuah cerita, seperti tema, tokoh, plot dan sebagainya. Untuk melakukan pembahasan tersebut, diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai unsur-unsur dalam cerita.

II.          Beberapa Unsur Dalam Cerita Fiksi
Fiksi sering dimaknai sebagai cerita khayalan. Secara umum fiksi lebih sering dikaitkan dengan cerita pendek atau novel. Karya fiksi, sebagaimana bentuk karya sastra yang lainnya, seperti drama 2 dan puisi, dibangun atas unsur-unsur yang juga menandai kekhasan bentuk karya tersebut. Dalam cerita fiksi unsur-unsur pembangunnya antara lain adalah plot, karakter, tema, latar, dan sudut pandang.

1.    Plot
Berbagai definisi mengenai plot bisa dilihat diberbagai sumber. Salah satunya adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Reuben yaitu “the sequence of events or incidents of which the story is composed” (rangkaian kejadian atau peristiwa yang membangun sebuah cerita). Sebuah plot memiliki:
a.    Konflik atau pertentangan
Konflik dapat berupa tindakan/action, pemikiran, kehendak ataupun keinginan. Konflik dapat terjadi diantara:
·         orang dengan orang lain Contohnya perkelahian, perbedaan pendapat, persaingan, dll.
·         orang dengan lingkungan Dapat berupa manusia berhadapan dengan kekuatan alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, badai, banjir, dll. Dapat juga antara manusia dengan masyakat di sekitarnya, atau bahkan dengan takdirnya.
·         Orang dengan dirinya sendiri
·         Dapat berupa konflik batin, pergulatan dalam diri seseorang, bisa secara fisik, mental, emosi, ataupun moral. Misalnya, ketika seseorang dihadapkan pada dua 3 pilihan atau ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu karena kondisinya.
b.    Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah bahwa unsur pembangun sebuah cerita berada di dalam sebuah cerita karena memang diperlukan dan memberi berkontribusi bagi keutuhan makna dan keindahan cerita itu, bukan sekedar pemanis yang tidak memberikan kontribusi atau makna apapun bagi keutuhan cerita. Misalnya, cerita tentang anak yang penyayang. Maka keberadaan kucing piarannya akan memperkuat gambaran sifat penyayang si anak tersebut.

c.     Akhir Cerita/Ending
Happy Ending yang pada umumnya ditandai dengan tokoh yang mampu menyelesaikan persoalan, mengalahkan si jahat, bersanding dengan pujaan hatinya, dan hidup bahagia. Adapun unhappy ending ditandai dengan ketidakmampuan si tokoh menyelesaikan persoalan, gagalnya si tokoh meraih impian dan cita-citanya, serta kesedihan yang kemudian menyertainya.

2.     Karakter
Karakter dapat dimaknai sebagai tokoh yang hadir dalam sebuah cerita yang memiliki kualitas moral, intelektual dan emosional tertentu (sifat-sifat/ciri-ciri) yang tercermin dari ucapan dan tingkah lakunya.

Protagonis dan Antagonis
-       Protagonis adalah tokoh utama cerita, bisa baik bisa juga tidak. Antagonis adalah kekuatan/tokoh yang melawan protagonis. Antagonis dapat berupa manusia, benda, nilai-nilai masyarakat, ataupun sifat dalam diri tokoh.

Berbagai tipe karakter dalam cerita adalah:
-       Flat/datar adalah karakter yang sifat-sifatnya dapat diketahui dari satu atau dua tingkah lakunya atau ciri-cirinya
-       Round adalah tokoh yang kompleks dan memiliki berbagai sisi
-       Stock adalah tokoh stereotype, misalnya kancil yang cerdik atau ibu tiri yang jahat
-       Statis adalah karakter yang tidak berubah dari awal sampai akhir cerita
-       Dinamis adalah karakter yang mengalami perubahan

3.    Tema
Tema adalah inti cerita. Sebuah tema :
a.    Dinyatakan dalam bentuk pernyataan bukan sebuah kata. Misalnya, „cinta dapat mengubah sifat seseorang, tidak sekedar „cinta.
b.    Mengenai hal-hal umum tentang kehidupan. Dengan demikian nama tokoh atau situasi tertentu dalam plot sebaiknya dihindari dalam menyatakan tema.
c.     Tidak terlalu umum sehingga kurang mencerminkan isi cerita. Misalnya, „cinta suci adalah hal yang umum, perlu dikhususkan lagi. Ada apa dengan „cinta suci yang tercermin dari cerita. Apakah „cinta suci perlu pengorbanan ataukah „cinta suci membawa kebahagiaan.
d.    Merupakan konsep inti yang memayungi cerita. Dengan demikian sebaiknya tema didukung oleh keseluruhan inti cerita, tidak berlawanan dengan isi cerita, dan tidak menyatakan yang seharusnya tapi yang senyatanya.
e.    Tidak ada satu cara baku untuk menyatakan tema.
f.     Kata-kata bijak/mutiara yang mengurangi makna sebuah tema hendaknya dihindari. Misalnya, „jangan menilai buku dari sampulnya.

4.    Latar/Setting
Ada dua macam latar, yaitu tempat dan waktu.
a.    Latar tempat menunjukkan lokasi dimana cerita terjadi. Tempat bisa spesifik, misalnya sebuah rumah di jalan A No. ..... Kota Y, dan bisa juga umum, misalnya kota X.
b.    Latar waktu juga bisa spesifik dan umum sebagaimana latar tempat.
Kadang-kadang juga dijumpai cerita yang tidak disebutkan waktu dan tempatnya. Dalam hal seperti ini bisa saja dimaknai bahwa pengarang ingin menyampaikan hal yang universal yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu.
5.    Sudut Pandang/Points Of View
Dari sisi mana sebuah cerita disampaikan. Beberapa macam sudut pandang adalah:
a.     Sudut pandang orang pertama
Sebuah cerita disampaikan oleh seorang tokoh dalam cerita. Cerita disampaikan oleh aku/saya.
-       jika si tokoh tersebut adalah tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama protagonis
-       jika si tokoh tersebut adalah bukan tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama pengamat (observer).
b.    Sudut pandang orang ketiga
Cerita disampaikan bukan oleh tokoh yang ada dalam cerita tetapi oleh penulis yang berada di luar cerita. Tokoh cerita disebut sebagai dia/ia.
-        jika narator cerita menyampaikan pemikiran tokoh, maka sudut pandang cerita adalah third person omniscient/all knowing narrator (orang ketiga yang tahu segalanya).
-       jika narator hanya menceritakan/memberikan informasi sebatas yang bisa dilihat atau didengar (tidak mengungkapkan pemikiran), maka sudut pandang cerita adalah third person dramatic narrator.
-        
III.         Penutup
Plot, tokoh, tema, latar, dan sudut pandang merupakan lima unsur penting dalam cerita fiksi, disamping unsur-unsur pendukung lainnya. Pemahaman terhadap kelima unsur tersebut dapat 7 membantu memberikan pengetahuan tentang berbagai pengertian dalam cerita fiksi dan menerapkannya, serta dalam melakukan analisa isi cerita fiksi.

IV.         Referensi
-       Abrams, M.H. A Glossary of Literary Terms. USA: Earl McPeek. 1999.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAFTAR PUSTAKA

Cerita Rakyat Si Pitung Sebagai Sebuah Legenda Perseorangan

LAPORAN PENELITIAN