Indonesia dan Malaysia Bersaudara di dalam Bahasa
Inilah salah satu hal yang kita “perebutkan” dengan negeri
tetangga—bahasa. Sebagian orang yang awam terhadap ilmu bahasa (linguistik)
mungkin bingung. Apakah bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia memang sama? Kalau
pengguna kedua bahasa ini bisa saling mengerti tanpa mengikuti kursus bahasa
asing dulu, mengapa tidak memakai nama yang sama saja—bahasa Melayu misalnya?
Hal pertama yang perlu dijelaskan adalah bahasa Indonesia
merupakan bahasa nasional Republik Indonesia, sedangkan bahasa Malaysia
merupakan bahasa nasional Malaysia. Umumnya, bahasa Indonesia digunakan di
Indonesia, sedangkan bahasa Malaysia digunakan di Malaysia.
Tapi mengapa ada universitas di Korea Selatan yang membuka jurusan
bahasa Malaysia-Indonesia? Mengapa ada universitas di Amerika Serikat yang
membuka jurusan bahasa Melayu, bukan bahasa Malaysia saja atau bahasa Indonesia
saja?
Sebagai langkah pertama untuk memahami fenomena ini, mari kita
simak kata-kata Harimurti Kridalaksana berikut ini.
“Dari sudut intern linguistik, bahasa Indonesia merupakan salah
satu varian historis, varian sosial, maupun varian regional dari bahasa Melayu.
Dikatakan varian historis karena bahasa Indonesia merupakan kelanjutan dari
bahasa Melayu, bukan dari bahasa lain di Asia Tenggara ini. Dikatakan varian
sosial karena bahasa Indonesia dipergunakan oleh sekelompok masyarakat yang
menamakan diri bangsa Indonesia, yang tidak sama dengan bangsa Malaysia atau
bangsa Brunei yang mempergunakan varian bahasa Melayu lain. Dikatakan varian
regional karena bahasa Indonesia dipergunakan di wilayah yang sekarang disebut
Republik Indonesia (1991 : 2).”
Menurut saya, hal yang sama dapat diterapkan pada bahasa Malaysia.
Bahasa Malaysia merupakan salah satu varian historis, varian sosial, maupun
varian regional dari bahasa Melayu. Jadi, baik bahasa Indonesia maupun bahasa
Malaysia hanyalah varian bahasa, bukan dua bahasa yang berbeda. Mereka hanya
varian—masih bersaudara.
Mengapa
bahasa Melayu? Bahasa Melayu mempunyai sejarah yang panjang sebagai lingua franca (1991: 196) atau bahasa penghubung di
daerah yang sekarang menjadi wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam. Itulah mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa nasional di keempat
negara tersebut.
Mengapa Indonesia dan Malaysia bersikeras menggunakan kata bahasa,
padahal sebenarnya keduanya hanya menggunakan varian bahasa Melayu? Baik Indonesia
maupun Malaysia merasa perlu memisahkan identitas bahasa nasionalnya dari
bahasa Melayu di negara lain. Seperti yang dikatakan oleh Harimurti
Kridalaksana (2005: 6), bagi kelompok-kelompok sosial tertentu, bahasa tidak
sekadar merupakan sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa bangsa Indonesia tidak ingin mempunyai
identitas sosial yang sama dengan bangsa lain yang juga menggunakan bahasa
Melayu, begitu pula bangsa Malaysia.
Namun bagaimanapun juga, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia
berakar dari bahasa yang sama, yaitu bahasa Melayu yang digunakan di Kepulauan
Riau-Lingga dan pantai-pantai di seberang Sumatra (Steinhauer, 1991: 195).
Itulah mengapa bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia mempunyai dasar-dasar yang
sama. Maka, tidaklah mengherankan jika ada universitas yang menggabungkan
bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia ke dalam satu jurusan/departemen.
Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai varian sosial dan
varian regional, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia digunakan oleh kelompok
orang yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Perkembangan bahasa Indonesia
dipengaruhi oleh perkembangan bangsa Indonesia dan apa yang terdapat dan
terjadi di Indonesia sendiri. Begitu pula bahasa Malaysia.
Dengan demikian, dari tahun ke tahun, perbedaan antara bahasa
Indonesia dengan bahasa Malaysia semakin besar. Bagaikan saudara yang diasuh di
rumah berbeda, bukan tidak mungkin kedua bahasa ini tidak saling mengenal lagi
ketika sudah tua nanti.
Referensi:
Kridalaksana, Harimurti. “Bahasa dan Linguistik,” Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. ed. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia, 2005.
“Pendekatan tentang Pendekatan
Historis dalam Kajian Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia,” Masa Lampau bahasa
Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. ed. Harimurti Kridalaksana. Yogyakarta:
Kanisius, 1991.
Steinhauer, H. “Tentang Sejarah
Bahasa Indonesia,” Masa Lampau bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. ed.
Harimurti Kridalaksana. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Komentar
Posting Komentar